(Baca Juga: Jeda Panjang MotoGP, Bos Ducati Malah Senang Karena Honda dan Marc Marquez Bisa Kompetitif)
Misalnya di gambar tersebut, perangkat aerodinamika akan mengatur besarnya kecepatan udara di bagian atas dan bawah perangkat.
Jika kecepatan udara di atas lebih cepat, tekanan di atas lebih kecil, maka obyek akan terdorong ke atas karena gaya ke atas lebih besar.
Jika kecepatan udara di bawah lebih cepat, tekanan di atas lebih besar, maka obyek akan terdorong ke bawah karena gaya ke bawah lebih besar.
Oke jelas sampai di sini?
Di dunia otomotif, aerodinamika berkaitan kuat dengan gaya tekan ke bawah atau down force.
Dalam kendaraan berkecepatan tinggi, khususnya di dunia balap seperti Formula 1 dan MotoGP, down force ini sangat penting.
(Baca Juga: 'Double Header' Jadi Pilihan Baru Untuk MotoGP 2020, Apaan Tuh?)
Mobil F1 dan motor MotoGP saat ini punya banyak perangkat aerodinamika (winglet, spoiler, fairing, dsb) untuk mengatur aerodinamika ini.
Jadi, tugas perangkat ini adalah mengatur jumlah dan juga arah aliran udara yang menghantam kendaraan saat melaju.
Mengatur aliran udara berarti mengatur besarnya down force sekaligus akibat yang ditimbulkan down force itu sendiri.
Dengan down force yang tinggi, kendaraan bisa melaju lebih stabil karena lebih melekat dengan permukaan aspal atau jalan.
Jadi simpelnya, untuk menambah down force, aliran udara di atas perangkat aerodinamika harus lebih lambat dibanding di bawah.
Begitu juga sebaliknya jika ingin mengurangi down force
Tapi down force yang besar tidak selalu 100% bagus.
Down force yang tinggi tentu berpengaruh membuat kendaraan semakin berat.