Sebastien Buemi punya pengalaman selama tiga musim di F1 sejak 2009 hingga 2011 dengan membela Toro Rosso.
Namun, ia kesulitan bersaing di papan atas dan lebih sering berkutat di barisan belakang.
Buemi kemudian mencoba ajang Formula E pada musim 2014/2015 dengan membela
Dams.
Tak butuh waktu lama, ia langsung menjadi juara dunia di musim keduanya.
Selain itu, pembalap asal Swiss ini juga tercatat tiga kali meraih runner up.
Stoffel Vandoorne sempat menjadi rekan satu tim Fernando Alonso kala keduanya membela McLaren pada F1 2017 dan 2018.
Sayang, kala itu McLaren tengah dalam performa buruk usai Honda gagal membuat mesin yang kompetitif.
Usai kariernya berakhir di F1, Vandoorne kemudian pindah ke Formula E dengan membela HWA pada 2018 sebelum menjalin kerja sama dengan Mercedes semusim berselang.
Bersama tim Mercedes, Vandoorne mampu menjadi runner up pada 2019/2020, kini ia masih setia dengan pabrikan asal Jerman tersebut.
Baca Juga: Penonton Formula E Jakarta 2022 Dilarang Bawa Mobil Pribadi ke Ancol, Ini Alasannya
6. Jean Eric-Vergne
Jean Eric-Vergne menjadi satu-satunya pembalap yang mampu dua kali menjuarai Formula E, tepatnya pada musim 2017/2018 dan 2018/2019.
Keduanya diraih saat membela TeCheetah dan musim ini pun ia masih setia bersama tim asal China tersebut.
Penampilan gemilangnya di Formula E jelas berbanding terbalik ketika masih di F1.
Tiga musim membela Toro Rosso, pembalap asal Prancis tersebut tak pernah sekali pun meraih podium dan lebih sering finis di luar sepuluh besar.
Antonio Giovinazzi musim ini memutuskan berlaga di Formula E dengan membela Dragon Racing usai kontraknya tak diperpanjang oleh Alfa Romeo di F1.
Mereka lebih memilih Guanyu Zhou sebagai rekan bagi Valtteri Bottas.
Selama tiga musim penuh di F1, karier pembalap asal Italia tersebut juga tak terlalu istimewa.
Hal itulah yang membuatnya kehilangan kursi di F1.