Kalau Dulu Enggak Ada Pembalap Ini, MotoGP Bisa Saja Tidak Menarik

Eka Budhiansyah - Sabtu, 6 April 2019 | 12:20 WIB

Kenny Roberts Sr ketika turun di GP500 bersama Yamaha (Eka Budhiansyah - )

OtoRace.id - Boleh dikatakan era tahun 1970an ke bawah, gaya menikung para pembalap yang terjun di kancah Grand Prix bisa dibilang konvensional.

Gaya menikung mereka, cenderung menjepit tubuh dan lutut mereka ke motor.

Namun revolusi besar-besaran gaya membalap pun akhirnya terjadi di era akhir 1970.

Itu, ketika Kenny Roberts Sr turun di kancah GP500 atau sekarang lebih dikenal MotoGP.

(Baca Juga : Hasil FP2 WSSP300 Aragon: Galang Hendra Pratama Tembus Tiga Besar)

Pertama kali turun di GP500 Assen, Belanda tahun 1974, Kenny Roberts Sr langsung meraih podium tiga.

Barulah ketika turun full di ajang GP500 tahun 1978, pembalap pemilik gelar 'King' Kenny ini langsung meraih gelar Juara Dunia.

Hal ini, tidak terlepas dari gaya menikung yang dimiliknya yaitu mengusung gaya knee down.

Gaya yang diadopsi dari gaya balapnya ketika balap dirt track atau flat track di negerinya sendiri, Amerika Serikat.

(Baca Juga : Hasil FP2 WSBK Aragon: Alvaro Bautista Makin Perkasa di 'Rumah')

Berbekal gaya balap ini, membuat ritme balap di sirkuit menjadi lebih cepat dari gaya konvensional.

"Saya melihat rider-rider Eropa tidak terlalu dekat ke tikungan. Sementara, saya ingin lebih dekat, itulah yang saya lakukan," ungkap Ayah dari Kenny Roberts Jr.

"Rider-rider Eropa sangat lambat di tikungan dan pada saat itu mereka meremehkan dirt track. Kini mereka banyak melakukan latihan dengan dirt track dan hasilnya seperti ini," tambahnya.

Jadi, jangan heran jika di era GP500 tahun akhir 1970an hingga 1990an, gelar Juara Dunia GP500 banyak didominasi pembalap dari Amerika Serikat dan Australia.

MotoGP
Kenny Roberts Sr kombinasikan dengan gaya balap dirt track di GP500

Itu, lantaran mereka sudah sangat terbiasa dengan dirt track.

Sebut saja; Kenny Roberts Sr, Wayne Rainey, Kevin Schawantz, Freddie Spencer dan Eddie Lawson dari Amerika Serikat.

Lalu, ada juga Mick Doohan dan Wayne Gardner dari Australia.

Kini di era MotoGP modern pun, tak sedikit pembalap yang tetap melatih gaya balap mereka dengan dirt track.

(Baca Juga : Liputan Langsung MotoGP Mandalika: Ini Alasan Pilih Sirkuit Jalan Raya!)

Seperti halnya Valentino Rossi dengan para muridnya di VR46 Academy.

Nah!

 

Marc Marquez kembali menunjukkan kehebatannya dengan mampu menjuara di seri MotoGP Argentina. . Ia seolah mampu menggabungkan kekuatan Ducati dan Yamaha ketika menaklukkan sirkuit Termas de Rio Hondo yang banyak menawarkan tikungan bertipe high speed corner dan trek lurus. . Selengkapnya cek video. . Berita lainnya klik otorace.id (klik link di bio) . #motogp #worldchampion #valentinorossi #vr46 #rossifumi #marcmarquez #marcmarquez93 #jorgelorenzo #jorgelorenzo99 #andreadovizioso #desmodovi #alexrins #rins42 #maverickvinales #maverickvinales12 #yamaha #honda #ducati #suzuki #monsterenergy #redbull #oneheart #semakindidepan #nyalakannyali #missionwinnow

A post shared by Otorace.id (@otorace.id) on