GridOto.com - Ternyata pembalap motocross tidak asal ngegas saja sob saat melompat di atas trek atau jumping.
Ada hitung-hitungan fisikanya juga lho sob agar pembalap motocross melakukan jumping dengan sempurna dan selamat.
Untuk mempelajari hal ini, kalian harus sabar sob, biar paham.
Seperti balapan trek aspal, balapan motocross juga harus melewati racing line tertentu agar bisa melewati trek dengan waktu sesingkat mungkin.
(Baca Juga : Murid Valentino Rossi Ini Puas Bisa Finish ke-5 di MotoGP Amerika)
Bedanya, racing line yang dimaksud di motocross bukan sisi terdalam tikungan seperti halnya balapan di atas aspal.
Tapi, racing line yang paling menentukan adalah cara melewati obstacle atau rintangan yang dilakukan para pembalapnya.
Biasanya pembalap motocross diberi beberapa pilihan dalam melewati rintangan.
Misal saja, jika ada tiga bukit yang tidak terlalu jauh jaraknya, pilihan pertama pembalap bisa langsung melewati rintangan dalam sekali melompat.
Baca Juga : Tonton Aksi Keren Double Pit Stop Mercedes di F1 China 2019
Atau pilihan keduanya tidak ancang-ancang terlalu kuat, pembalap tetap bisa melaju dengan tetap menempel ke tanah untuk melewati tiga bukit itu.
Bisa juga hanya jumping melewati dua bukit dan bukit terakhir dilewati dengan jumping atau tetap melekat ke tanah.
Lebih efektif mana antara cara pertama, kedua, dan ketiga?
Sebenarnya semuanya tergantung dengan treknya, sebelum bukit itu pembalap bisa ancang-ancang dulu atau tidak, ukuran bukitnya besar atau kecil, dan banyak faktor lainnya.
(Baca Juga : Merasakan Langsung Lenka GP12, Motor Balap Prototipe Untuk Pembibitan Pembalap Cilik)
Jika pembalap memilih cara pertama untuk melakukan jumping agar melewati semua bukitnya, caranya tidak sembarangan.
Ada hitung-hitungan fisikanya sob.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya jumping pembalap motocross.
Kecepatan pembalap harus tepat, tidak boleh lebih atau kurang.
(Baca Juga : Halah...!! Valentino Rossi 'Latah' Ingin Spoiler Swingarm Mirip Ducati di Motornya)
Kalau kurang ya lompatan yang dilakukan tidak sampai target, kalau berlebihan ya tebak saja sendiri gimana jadinya.
Jadi kecepatan itu harus diperhitungkan dengan jarak antara dua puncak bukit, termasuk juga dengan sudut kemiringan bukit.
Gerakan motor trail melompat melewati bukit itu termasuk gerak parabola dalam ilmu fisika.
Nah, sekarang kita coba soal mencari nilai kecepatan motor agar bisa melewati suatu obstacle.
Misal saja kita anggap ketinggian puncak bukitnya sama.
(Baca Juga : Dimas Ekky Pratama Ceritakan Kesulitannya Balapan di Moto2 Amerika)
Jarak antara kedua puncak bukitnya 10 m, sudut elevasi bukit lompatannya 45 derajat, berapa kecepatan optimum agar motor bisa melewati bukit itu?
dimana:
x=jarak antara dua bukit,
A= sudut elevasi,
Vo=kecepatan awal,
g=percepatan gravitasi bumi (9,81 m/s2).
Dengan menggunakan rumus gerak parabola di atas, didapatkan kecepatan awal adalah 35,65 km/jam.
Jadi sang pembalap harus melompat dengan kecepatan awal segitu agar lompatannya sempurna.
Pembalap motocross profesional (misal pembalap MXGP) memang tidak menghitung secara rinci berapa kecepatan mereka saat melompat.
Tapi dengan latihan dan pengalaman, mereka tidak perlu menghitung secara rinci karena sudah memahami perkiraan kecepatan untuk melewati suatu obstacle.
Jadi mereka akan memperkirakan berapa kecepatan motor saat akan melompati suatu obstacle.
Lebih lanjut, masih banyak faktor lainnya yang mempengaruhi keberhasilan pembalap saat jumping.