Pertengahan 1970-an
Pada 1975, FIA mengeluarkan standar baju tahan api.
Sayangnya pada 1976, terjadi peristiwa besar, terbakarnya juara dunia tiga kali, Niki Lauda, yang menakutkan, di Nurburgring, Jerman.
(Baca Juga : Legenda MotoGP Ini Yakin Jorge Lorenzo Bisa Bangkit Bahkan Menyamai Marc Marquez. Asalkan Hoanda...)
Niki Lauda hampir mati terbakar, luka bakar pada wajahnya masih membekas sampai sekarang.
Saat itu yang ramai dibahas adalah masalah baju balap yang ternyata gagal mengamankan Niki Lauda, karena ia mengalami luka bakar serius.
Peristiwa itu jadi babak baru perkembangan baju balap di F1.
Baju balap dengan bahan katun dihabisi dan pada 1979, baju balap F1 yang tahan api menggunakan standar baru dengan material seperti yang digunakan astronaut.
Pertengahan 1980-an
Baju era Ayrton Senna pada 1987 jadi tonggak besar dalam sejarah F1.
Perkembangan baju F1 saat itu sedang dalam penyempurnaan dari generasi sebelumnya.
(Baca Juga : Hasil Lomba FIM CEV Moto3 Valencia: Bukan Hasil yang Diinginkan Mario)
Hampir tidak ada sama sekali kasus besar terkait baju balap.
1990-an sampai sekarang
Baju yang dipakai sejak 1994 hingga sekarang hampir tidak terlalu banyak berubah.
Bisa dibilang, baju F1 sudah bagus menjaga keselamatan sejak 1994.
Dan dari tahun ke tahun tinggal sedikit penyempurnaan saja terutama masalah daya tahan maksimal baju balapnya.
Saat ini, baju balap yang dipakai bisa menahan panas pada suhu 600 sampai 800 derajat Celsius.
Termasuk juga sarung tangan, kaus kaki, dan perangkat pendukung lain yang juga tahan panas.