Otorace.id - Ada alasan mengapa Yamaha tidak ikutan protes soal spoiler swing arm motor Desmosedici GP19 usai MotoGP Qatar beberapa waktu lalu.
Bukan cuma karena Yamaha memakai alat yang mirip seperti Ducati itu.
Bos Yamaha MotoGP, Lin Jarvis, bilang, ada dampak besar soal protes itu.
Jarvis mengiyakan memang ada alasan karena perangkat Ducati mirip dengan Yamaha, tapi tidak sepenuhnya karena itu.
(Baca Juga : Kurang Konsisten, Maverick Vinales Berniat 'Nyontek' Sama Rossi)
"Membuat protes adalah perbuatan keras dan punya konsekuensi besar, ada konsekuensi publik karena kau bikin statement, kau bertindak, dan kau akan membayar akibat yang ditimbulkannya," ungkap Jarvis dilansir OtoRace.id dari Crash.net.
"Itu keputusan mereka dan jelas ada beberapa pabrikan ingin mengungkapkan klaimnya soal winglet Ducati, tapi mereka sebenarnya tidak merasa kuat soal situasi ini," jelas Jarvis.
Jarvis mengaku Yamaha sangat menghormati keputusan juri, makanya tidak ikut melakukan protes.
"Banyak solusi masalah ini, dan kami putuskan tidak ikut mereka ke arah itu," sambung sang bos.
(Baca Juga : Ini Perbedaan Mesin Motor MotoGP Dengan Moto2 dan Moto3 Hingga Top Speed)
Menurut Jarvis, cara membawa permasalahan ini langsung ke sidang FIM sangat keras.
Malah menimbulkan hawa panas permusuhan dan merusak kompetisi.
Seharusnya didiskusikan di Motorcycle Sports Manufacturers' Association (MSMA) dulu.
"Pertanyaannya, kenapa tidak ke MSMA saja masalah ini? Seharusnya dibawa ke MSMA dan jika tidak ada keputusan yang menyenangkan, baru ke sidang banding level lebih tinggi," jelas Jarvis.
(Baca Juga : Empat Seri F1 Didominasi Mercedes, Sebastian Vettel: Membosankan!)
"Itu sangat keras dan agresif untuk dilakukan di ajang balap GP, konsekuensinya berat, aku tidak ingin menyalahkan siapa-siapa, karena itu kewajiban FIM, konsekuensinya ke hasil balapan, ke olahraga ini, dan mungkin poin pemenang dicabut," tambahnya.
Biar begitu, Jarvis sedikit juga memuji respon pabrikan soal masalah ini.
Menurutnya, tiap tim dan pabrikan punya rasa tanggap dan waspada soal kompetisi ini, terutama soal peraturan yang masih abu-abu.
Dan ini juga jadi cambuk bagi FIM dalam menerapkan aturan yang sampai sekarang masih abu-abu.
"Kita bisa membuat batasan aturan baru di masa depan, itu positif," imbuhnya.
Menurut Jarvis, jika bekerja sama untuk memperbaiki aturannya, permasalahan seperti ini tidak akan terjadi lagi.