OtoRace.id - Dalam kancah balap internasional, biasanya akan selalu ada satu pembalap perempuan yang ikut serta.
Keberadaannya bukan hanya sekadar pemanis di antara jajaran pembalap pria saja, tetapi juga kompetitif.
Meski cantik di lintasan, mereka juga terbilang kompetitif saat berlomba.
Tak sedikit dari mereka yang meraih podium dan juga juga gelar juara umum.
Baca Juga: Jangan Salah! Ini Tujuan Awal Mula Ritual Jongkok Ala Valentino Rossi
Makanya FIA dan FIM pun membentuk organisasi khusus untuk pembalap perempuan di seluruh dunia.
Tapi disimak lagi nih 5 perempuan paling kompetitif di balap internasional.
Tatiana Calderon adalah pembalap perempuan satu-satunya di F2 2019.
Nama Tatiana cukup gemilang di kancah balap single seater.
Ia memulai karier pada usia 9 tahun pada kejuaraan nasional gokart di Kolombia, negara asalnya.
Calde, sapaan akrabnya itu pun langsung menjadi juara nasional.
Prestasi di kancah nasional terus ia kumpulkan dan cukup untuk membawanya ke Formula 3 Eropa.
Kiprahnya di F3 Eropa memang tidak secemerlang prestasinya di kancah nasional, tetapi ia rajin untuk finish di 10 besar.
Inilah yang membuatnya terus dilirik beberapa tim di ajang GP3 untuk membawanya berlomba di ajang yang lebih bergensi.
Misalnya seperti DAMS Racing, Arden Motorsport, dan Jenzer Motorsport sudah ia jajaki untuk kompetisi di GP3.
Baca Juga: Mengenal Robert Paul, Pembalap Asal Kanada yang Sudah Mencintai Indonesia
Nah di sela aktivitasnya sebagai pembalap reguler, perempuan kelahiran Bogota, 10 Maret 1993 itu juga didaulat sebagai test driver DS Techeetah di ajang Formula E.
Untuk musim 2019 ini, Calde menjadi pembalap reguler untuk BWT Arden di ajang Formula 2.
Ia cukup puas dengan debutnya di F2 pada seri pertamanya di sirkuit Sakhir, Bahrain (30-31/3).
Selain di F2, bakat perempuan berambut panjang ini juga membuatnya diajak sebagai test driver Alfa Romeo Racing di F1.
Kalau melihat penampilannya sekilas, siapa sangka kalau Muklada adalah seorang pembalap perempuan asal Thailand.
Rambutnya yang pendek memang membuatnya makin terlihat seperti laki-laki.
Apalagi, dia adalah ujung tombak bagi AP Honda Racing Thailand di Asia Road Racing Championship (ARRC) kelas Asia Production 250 (AP250).
Di musim 2017, ia kerap bersaing dengan Gerry Salim untuk memperebutkan gelar juara Asia kelas AP250.
Baca Juga: Ini Alasan MotoGP Tidak Pakai Alat Komunikasi Radio Kayak Formula 1
Beberapa podium dan kemenangan sudah diraih pembalap bernomor 44 ini.
Tahun ini pun ia juga bersaing untuk menjadi juara Asia. Pembalap-pembalap Indonesia terus menjadi pesaing utamanya, di 2017 dengan Gerry Salim, 2018 dengan Rheza Danica Ahrens dan 2019 sekarang dengan A.M Fadly.
“Pembalap Indonesia itu kuat-kuat. Mereka kompetitif dengan motor yang juga buatan Indonesia (Honda CBR250RR). Apalagi kalau sudah balapan di Sentul, kesempatan menang terasa sempit,” ujar Muklada saat ditemui 2018.
Selain Muklada, pembalap perempuan lainnya yang kompetitif di ajangnya adalah Ana Carrasco.
Ia merupakan pembalap perempuan pertama yang menjadi juara dunia balap motor, tepatnya di ajang World Supersport 300 (WSSP300) 2018.
Ia sudah mencicipi banyak kompetisi, mulai dari Moto3 World Championship, CEV Moto2 di kancah Eropa, sampai kini sudah terpaku di WSSP300 dengan tunggangan Kawasaki Ninja 400.
Banyak mengukir prestasi di WSSP300 membuat perempuan asal Murcia, Spanyol itu enggan balik ke kancah balap motor prototipe.
“Saya ingin terus berada di WSSP300 dan hingga ke WSBK untuk terus bisa berprestasi," ujar Carrasco.
"Gelar juara dunia saya untuk seluruh perempuan di dunia, bahwa perempuan tidak hanya sebagai umbrella girls atau sebagai pelengkap starting list saja, tetapi juga bisa juara,” sambungnya tegas.
Baca Juga: Kejurnas Sport Dibatalkan, Berdampak Pada Riset Motor dan Aftermarket
Gelar juara yang diraihnya tahun lalu membuat pembalap yang berada di tim Kawasaki Provec WSSP300 itu berhak menggunakan nomor satu di Kawasaki Ninja 400 miliknya.
Tapi di musim ini, Carrasco belum menang sekalipun dan masih menempati peringkat 11 dengan 8 point.
Bagi yang menyimak Reli Dakar di musim 2018, pasti tidak akan asing dengan nama Laia Sanz.
Ia adalah satu-satunya perempuan yang berhasil menempuh semua stage reli Dakar kala itu. Ia membesut KTM 450 Rally di musim 2018.
Atas kegigihan dan keberaniannya, KTM dan Red Bull pun memberikan dukungan penuh bagi perempuan dengan tinggi 178 cm itu untuk Reli Dakar 2019.
“Bisa bergabung dan mendapat kepercayaan dari KTM adalah sebuah kebanggaan. Ini menambah semagat saya untuk terus ikut berpartisipasdi Reli Dakar,” tutur Laia.
Sebelum berkiprah di Reli Dakar, ia juga seorang pembalap di kancah Trial.
Jelas, bermain motor dan tanah sudah menjadi kebiasaannya.
Tak sampai disitu, perempuan 33 tahun ini juga pemegang 13 gelar juara dunia Women’s Trial.
Baca Juga: Alasan Kenapa Sirkuit Korea Selatan Dihapuskan Dari Kalender ARRC 2019
Luar biasa? Jelas, sambil menunggu Reli Dakar di Arab Saudi tahun depan, Laia kini disibukkan dengan Women Enduro World Championship.
Semuanya dengan tujuan untuk menjaga kondisi fisiknya tetap terbiasa dengan kondisi ekstrem di atas sepeda motor.
Sama dengan Laia, Kiara juga pemegang gelar juara dunia di kancah garuk tanah untuk Perempuan.
Kiara adalah juara dunia 6 kali Women Motocross (WMX) World Championship.
Perempuan asal Roma, Italia ini juga mendapatkan support pabrikan untuk musim 2018 dari Yamaha Factory Racing.
Selain WMX, beberapa kali kompetisi Motocross on Nation (MXON) juga pernah dimenangkannya.
Baca Juga: Reaksi Mengejutkan Valentino Rossi Buat Kemenangan Danilo Petrucci di MotoGP Italia
Sejumlah podium dan kemenangan sudah dipersembahkannya kepada Italia.
Namun untuk musim 2019, ia harus absen dari kancah WMX yang sudah membesarkannya.
Fontanesi diketahui mengidap beberapa penyakit komplikasi yang akan berisiko makin parah kalau ia mengikuti kegitan ekstrem seperti balap Motocross.
“Maaf kepada seluruh penggemar yang mendukung saya, dengan ini saya memberitahukan kalau saya akan absen dari WMX 2019 untuk pengobatan. Saya akan berusaha pulih secepat mungkin dan kembali berkompetisi. Tak sabar untuk saat itu datang,” ungkap Fontanesi dalam keterangan yang ia berikan.