(Baca Juga: Beberapa Pembalap F1 Bela Sebastian Vettel Soal Penalti F1 Kanada)
Sedangkan gaya Quick Turning, mereka mengandalkan rem dan menikung sedekat mungkin namun sedikit mengabaikan kecepatan.
Ambil contoh seperti yang banyak dilakukan pembalap Yamaha, yang banyak melakukan gaya Progressive Turing.
Setelah mengerem keras, pembalap dengan gaya ini melepaskan rem sedikit lebih awal sebelum memasuki tikungan.
Setelah itu, pembalap akan membuka grip gas secara lembut menjelang keluar tikungan sehingga kecepatannya menikung akan tetap tinggi.
(Baca Juga: Ferrari Akan Kembali Kehilangan Sponsor Utama Untuk F1 Prancis)
Hal ini, bertolak belakang dengan gaya Quick Turning yang menurut MotoGP banyak diaplikasi pembalap Honda.
Pembalap melakukan pengereman lebih kuat dan melepaskannya sedikit lebih akhir jelang tikungan.
Setelah itu, melakukan bukaan grip gas lebih agresif ketika keluar tikungan.
Namun, kedua gaya ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan.
Untuk Progressive Turning, meski mereka cepat melalui apex tikungan tetapi mereka akan kekurangan grip ban selama menikung dan proses sudut kemiringan yang dialami juga lebih lama ketimbang Quick Turning yang juga memiliki cengkraman ban lebih kuat.
Maka itu, pembalap dengan gaya Progresive Turning cenderung memiliki karakter balap yang halus di tikungan dan begitu juga sebaliknya.
Namun, semua kembali lagi kepada karakter motor dan juga gaya balap si pembalap itu sendiri.