Perselisihan Kedua Pembalap Jadi Penyebab Yamaha Tak Berdaya di MotoGP 2019

Eka Budhiansyah - Kamis, 25 Juli 2019 | 17:00 WIB

Valentino Rossi terjatuh di sesi Q1 MotoGP Jerman 2019 (Eka Budhiansyah - )

OtoRace.id - Setelah 2015, Yamaha seakan sulit kembali untuk bersaing dengan lawan terberatnya di MotoGP yaitu Honda.

Juara Dunia MotoGP terakhir untuk Yamaha dipersembahkan oleh Jorge Lorenzo di tahun 2015.

Begitu juga di musim MotoGP 2016, Valentino Rossi kembali hanya menjadi runner up di klasemen akhir pembalap dengan Marc Marquez tampil sebagai juara dunia MotoGP.

Makin terpuruk di 2017, ketika Yamaha hanya mampu menempati peringkat 3 klasemen akhir pembalap melalui Maverick vinales, sedangkan Valentino Rossi di posisi 5.

(Baca Juga: Mau Naik Motor MotoGP? Kenali Dulu Tombol-tombol yang Ada di Setang)

Begitu juga di MotoGP 2018, kali ini Valentino Rossi yang berada di posisi 3 sedangkan Maverick Vinales di posisi 4 klasemen akhir pembalap dan Marc Marquez kembali jadi juara dunia.

Nah, di musim MotoGP 2019, bukan tak mungkin Yamaha akan kembali terpuruk meski masih akan ada 10 seri MotoGP yang akan dijalani usai libur musim panas.

Itu, jika Yamaha tidak berhasil mengatasi masalah yang terjadi di tim pabrikan mereka, Monster Energy Yamaha MotoGP.

Sebab hingga kini, kedua pembalapnya memiliki jarak poin sangat jauh dengan Marc Marquez di klasemen sementara pembalap yaitu 100 poin (Vinales) dan 105 poin (Rossi).

(Baca Juga: Jorge Lorenzo Putuskan Batal Turun di MotoGP Brno, Ini Alasannya)

Mengenai terpuruknya performa Yamaha, salah satunya bisa disebabkan oleh pemilihan mesin yang tidak mewakili kebutuhan pembalap mereka.

Sebelum musim MotoGP dimulai, Yamaha mengeluarkan dua tipe mesin yang salah satunya harus dipilih sebelum akhirnya mesin tersebut diholomogasi oleh FIM dan Dorna.

Sayangnya, ketika itu kedua pembalap Yamaha pabrikan ini memiliki perbedaan dalam pilihan mesin.

Bahkan, Rossi mengakui kalau dirinya tidak tahu mesin yang mana yang akhirnya dipilih Yamaha untuk dihomologasi.

"Spesifikasi mesin terakhir adalah kompromi antara berbagai kebutuhan dari pembalap pabrikan di sesi tes musim dingin," ungkap Lin Jarvis Tim Principal Monster Energy Yamaha MotoGP dikutip OtoRace.id dari Speedweek.com.

(Baca Juga: Pimpinan Yamaha Tidak Peduli Jika Valentino Rossi Memilih Pensiun Dini)

"Para pembalap memiliki pandangan berbeda. Mesin yang kami bangun pada akhir musim (akhir tes), bukanlah A ataupun B. Itu merupakan kombinasi A dan B," tambah Lin Jarvis.

Menurut Lin Jarvis mungkin versi mesin ini tidak sesuai dengan permintaan kedua pembalap, tetapi Yamaha harus memilihnya.

Yamaha memilih versi mesin yang lebih lembut, karena pada saat itu Yamaha mengalami masalah dengan akselerasi, cengkaraman alias grip dan masa pakai ban.

"Kami memecahkan beberapa masalah sementara ini, tetapi kami harus membayar harga itu dengan kurangnya tenaga mesin," tutup Jarvis.

Memang, sejak awal musim MotoGP 2019 bergulir, Yamaha kalah mengenai topspeed dan juga akselerasi.

Tidak hanya oleh Honda, tapi juga pabrikan lain seperti Suzuki dan apalagi Ducati.