Baca Juga: Punya Mobil Tangguh, IOF dan Para Off-roader Berikan Bantuan Ke Korban Banjir Jabodetabek
"Jika Brawn GP tidak muncul, dan tanpa visi Norbert soal tim yang mandiri, dengan Michael sebagai pembalapnya, sukses kami tidak akan ada," tegasnya.
Saat itu, persepsi petinggi Mercedes memang lebih kuat sebagai pemasok mesin, tidak punya ambisi cukup besar untuk jor-joran sebagai tim sendiri.
"Pergantian persepsi petinggi bagi proyek kami terjadi di akhir 2012 dan awal 2013," sambung Wolff.
Di 2012, Mercedes konsultasi dengan Toto Wolff yang saat itu memegang saham tim Williams, soal bagaimana bertransformasi dari pabrikan biasa ke pemenang.
(Baca Juga: Inilah Negara yang Mendominasi Kemenangan MotoGP 2019)
"Sebagai orang luar saat itu, aku diminta membandingkan bagaimana organisasi dan sumber daya di tim Mercedes bisa sesuai ekspektasi untuk memenangkan kejuaraan," sambungnya.
Ditambah lagi ada regulasi baru, menjadi momen Mercedes sukses di F1.
Di saat itu, Wolff langsung bergabung dengan Mercedes dan menjadi pemegang saham juga, bersama Niki Lauda sebagai non-executive chairman.
Saat itu, perubahan visi membuat petinggi-petinggi mau membelanjakan uang lebih besar hingga kesuksesan Mercedes sekarang ini.
Di saat yang hampir bersamaan juga, ada langkah perekrutan Lewis Hamilton dari McLaren menggantikan Schumi.
Siapa sangka, Hamilton dan Mercedes jadi pasangan sangat pas dan memenangkan gelar sampai sekarang.
Sementara Michael Schumacher jadi duta pabrikan asal negaranya sendiri itu.
(Baca Juga: Memperingati Enam Tahun Koma Michael Schumacher, Gimana Kondisinya Kini?)