Sejarah Punuk Baju Balap MotoGP, Fitur-fitur Sampai Perannya di Aerodinamika

Rezki Alif Pambudi - Senin, 6 Juli 2020 | 21:58 WIB

Punuk di baju balap pembalap MotoGP (Rezki Alif Pambudi - )

OtoRace.id - Sampai tahun 1980-an, aerodinamika di dunia balap motor khususnya balap Grand Prix hanya fokus dengan motornya saja.

Olahraga balap motor saat itu sedeharna, hanya bagaimana soal pembalap berkemampuan tinggi dengan motor yang bagus.

Sampai akhirnya di akhir dekade itu produsen pakaian balap memegang peranan penting.

Apa yang dipakai pembalap di tubuhnya, dari mulai helm, wearpack, sarung tangan, dan sepatu bisa membuat pembalap lebih cepat lagi.

Baca Juga: Roda Mobil Kimi Raikkonen Lepas Saat Balapan F1 Austria, Tim Alfa Romeo Didenda

Posisi tubuh dan pakaian pembalap saling bersinergi membuat konsep aerodinamika yang bagus.

Saat trek lurus misalnya, kepala pembalap akan menunduk, tangan akan dilipat ke tengah, kaki didekatkan dengan bodi motor, ya seperti yang kita sering lihat saat ini.

Punuk di wearpack ternyata juga memegang peranan saat pembalap melakukan gerakan ini.

Itulah bagaimana punuk dihadirkan produsen baju balap Dainese di 1988.

Awalnya, punuk ini tidak ditujukan untuk aerodinamika, tapi untuk menjaga keselamatan bagian belakang tubuh dan kepala pembalap dengan dibuat dari busa dan karet.

Baca Juga: Baru Bersinar di WSBK, Scott Redding Merasa Seperti Sudah Pensiun. Kenapa?

Saat itu pelindung tulang belakang berkembang cepat sebagai part pelindung paling penting selain helm untuk melindungi kepala.

Masih banyak kelemahan yang membuat para produsen berlomba membuat yang terbaik.

Selain soal perlindungan, kenyamanan pembalap memakai punuk ini juga harus diperhatikan.

Aman penting, tapi percuma kalau tidak nyaman, itulah yang menjadi pusat perkembangan punuk saat itu.

Kenyamanan juga menopang keselamatan, material yang lentur tapi kuat terus dikembangkan hingga punggung pembalap sangat aman dari benturan.

Pembalap profesional asal Bologna, Pierfrancesco Chili, adalah pembalap pertama yang memakai punuk di 1988.

Baca Juga: Familiar dengan Motor KTM, Brad Binder Makin Percaya Diri Hadapi MotoGP 2020

Dainese
Pierfrancesco Chili memakai wearpack dengan punuk di 1988

Beberapa tahun setelahnya, barulah potensi part baru perlindungan pembalap mulai diakui.

Adalah Jean Philippe Ruggia, pembalap pertama yang menikung memakai sikunya, yang semakin membuat punuk ini populer.

Setelah mencoba racing suit baru dengan punuk, Ruggia merasakan kestabilan yang jauh lebih baik saat melaju di kecepatan tinggi.

Pembalap asal Prancis ini mencari posisi terbaik saat melaju dengan kecepatan tinggi memakai punuk ini.

Kemudian Ruggia semakin paham posisi tersebut membuat pembalap lebih nyaman soal konsentrasi, lebih menghemat energi, dan tentu lebih cepat.

Gerakannya menjadi dasar seperti yang sering kita lihat sekarang ini.

Baca Juga: Canggih! Ardians Racing Suit Kini Persiapkan Wearpack Dengan Airbag

twitter.com/YamahaMotoGP
Posisi pembalap saat melaju di trek lurus

Posisi itu sangat menguntungkan dari sisi keselamatan dan kecepatan.

Sejak saat itu, punuk terus dikembangkan dari 2 sisi.

Pertama dari aerodinamika dan kedua dari keselamatan.

Riset di terowongan angin pada pertengahan 90-an membuat ilmu soal aerodinamika punuk semakin jelas.

Punuk semakin berkembang dan bentuknya semakin kompak dengan helm, tangki motor, posisi riding, dan juga punggung pembalap.

Baca Juga: Charles Leclerc Akui Beruntung Bisa Bawa Ferrari Raih Podium F1 Austria

Bahkan saat ini punuk berisi otak yang akan mengaktifkan fitur keselamatan airbag yang akan menyala dalam waktu sepersekian detik.

Otak ini mengendalikan banyak sensor yang memantau beberapa data penting.

Selain itu punuk juga mengendalikan suhu wearpack yang dipakai agar pembalap tidak kepanasan.

Selain itu, punuk bahkan dipakai untuk menyediakan minum terutama untuk balapan di wilayah tropis yang membuat pembalap mudah dehidrasi.

Terakhir sejak 2016, selain airbag, punuk juga dilengkapi lampu LED yang bisa menyala saat pembalap jatuh, sebagai pemberi tahu agar pembalap lain bisa mengetahui posisi pembalap yang jatuh tadi, terutama saat balapan gelap atau saat cuaca buruk dimana visibilitas minim.

Baca Juga: Selain Lebih Ringan 10 Kali Dari Pakaian Astronot, Ini Fakta Unik Lain Perlengkapan Balap Pembalap MotoGP