OtoRace.id - Tentunya seting motor balap MotoGP akan berbeda ketika dipentas dalam kondisi dry race dan wet race.
Untuk itu, butuh beberapa ubahan atau bahkan penggantian part di motor MotoGP agar sesuai dengan kondisi lintasan.
Nah, berikut ini lima komponen penting di motor MotoGP yang diubah atau bahkan diganti ketika balap dipentas dalam kondisi lintasan basah alias wet race.
Yang pertama dan terpenting adalah ban, baik itu depan dan belakang dilakukan penggantian dari ban tipe slick alias tanpa alur diganti pakai ban beralur.
(Baca Juga: Valentino Rossi Bongkar Kelemahan Yamaha Jelang MotoGP Italia)
Ban yang digunakan memiliki karakter kompon dan kontruksi lebih lunak alias lebih soft dari ban tipe slick, sehingga mampu mencengkram aspal lebih kuat lagi.
Selain itu, ban dibuat beralur untuk membuang air yang dilintasi dan terpenting ban dirancang untuk bisa menciptakan panas agar grip ban lebih baik.
Per sok depan juga diganti dengan karakter lebih lembut lagi, sehingga mampu mentransfer bobot agar ban bisa mencipta panas dan mencengkram.
Part selanjutnya, sok belakang juga diganti dengan tipe lebih lembut dengan tujuan yang sama seperti sok depan.
(Baca Juga: Kekurangan Pembalap Jerman, Dorna Ingin Buka Ajang Pembibitan di Eropa Tengah)
Berikutnya, piringan rem alias cakram karbon yang biasa digunakan untuk balap kondisi kering juga ikut diganti.
Sebenarnya bisa saja tidak diganti, asalkan panas suhu cakram bisa di atas 200 derajat Celcius.
Namun jika tidak, maka rem karbon tidak akan bekerja sempurna.
Maka itu kebanyakan tim mengganti dengan piringan rem berbahan stainless steel yang bisa bekerja dalam suhu dingin.
(Baca Juga: Sudah Enam Kemenangan Beruntun, Bos Mercedes F1 Malah Ketakutan)
Nah, yang terakhir diubah yaitu seting elektronik dari ECU.
Seting mesin dibuat untuk mengantarkan tenaga menjadi lebih halus ke roda belakang.
Seting elektronik ini juga menyesuaikan kebutuhan lain seperti kontrol traksi dan lainnya.
Nah, itu dia part dan perubahan besar yang harus dilakukan ketika wet race.
Editor | : | Eka Budhiansyah |
KOMENTAR