OtoRace.id - Promotor GP Azerbaijan mengklaim balapan F1 untung besar selama 4 tahun penyelenggaraan.
Tapi keuntungan itu bukan semata-mata uang yang diraup oleh promotor, tapi kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi lokal sebesar US$ 500 juta atau senilai hampir Rp 7 triliun.
Angka tersebut didapatkan dari data resmi badan akuntan besar PricewaterhouseCoopers yang meninjau langsung sejak 2 balapan pertama di sirkuit kota Baku.
Azerbaijan awalnya menggelar balapan F1 dengan nama GP Eropa di 2016, dengan membayarkan modal yang paling besar dibanding sirkuit lain saat itu.
(Baca Juga: Gupita Kresna Siap Balapan Nasional dan Tunggu Kabar Tim Balap Asia)
Apa yang dibayarkan cukup sesuai dengan pertumbuhan ekonomi di sekitar Baku, makanya Azerbaijan tak ragu memperpanjang kontrak sampai 2023.
Keuntungan tersebut terbagi dalam banyak hal, tapi yang utama soal pelayanan terhadap berbagai pihak yang datang ke Baku saat Grand Prix diadakan, misalnya soal hotel, transportasi, makanan, pernak-pernik, dan banyak lainnya.
F1 sendiri menjadi pesta rakyat terbesar di Azerbaijan.
Sebelum F1, Azerbaijan hanya pernah menggelar ajang olahraga European Games (2015) dan Eurovision Song Contest (2012).
Datangnya F1, event ini menjadi yang terbesar dan mendapat perhatian penuh dari semua orang di sana.
Kabar ini cukup bagus nih buat Indonesia.
Digelarnya balapan F1 bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitar sirkuit.
Kira-kira, F1 Indonesia di Mandalika bisa terealisasi enggak ya?
Editor | : | Eka Budhiansyah |
Sumber | : | motorsport.com |
KOMENTAR