OtoRace.id - Ajang motorsport selalu berkembang dari tahun ke tahun.
Mulai faktor teknologi, kecepatan kendaraan yang semakin tinggi, juga keamanan yang harus ditingkatkan terus menerus.
Dalam aspek keamanan, sirkuit punya andil besar dalam hal itu.
Sebab balapan yang dilakukan sebanyak puluhan lap, bisa saja terjadi kecelakaan.
Baca Juga: Ada-ada Saja, Wahyu Aji Pakai Baju Balap Lengkap Tapi Tidak Untuk Balapan
Jika faktor keamanan sirkuit tidak sepadan, maka akan mengakibatkan kecelakaan fatal.
Banyak sirkuit di dunia yang kehilangan pamor karena tidak meningkatkan faktor keamanan yang berkembang setiap tahunnya, berikut contohnya.
Sirkuit permanen pertama di Korea ini dibuka pada 2009 dan memang diperuntukan menggelar F1 di sana.
Pada 2010-2013, sirkuit yang didesain oleh Hermann Tilke ini bisa mementaskan F1 dengan beberapa kontroversialnya
Misalnya dari segi pit in yang berada di racing line, sehingga pembalap yang melambat saat hendak masuk pit.
Baca Juga: Yamaha Tolak Rencana Petronas Pertahankan Fabio Quartararo di MotoGP 2021
Baca Juga: Terancam Bangkrut, Tim Aprilia Gresini Akan Kurangi Staff Tim
Ini akan membuat pembalap yang masih mencatatkan lap time jadi terhalang.
Padahal di tikungan itu, kecepatan mobil bisa mencapai 240 km/jam.
Tak ada evaluasi dari segi konstruksi bangunan, membuat sirkuit sepanjang 5,62 km itu tak lagi menggelar balap internasional.
Terakhir kali Asia Road Racing Championship (ARRC) di sana pun tidak jadi digelar di sana karena tidak disetujui FIM Asia.
Sirkuit Internasional Buddh
Rencana menggelar F1 sudah ada sejak 2007 dan saat itu pemerintah India langsung membangun desain yang pas untuk F1 sampai akhirnya sirkuit itu dibuka Oktober 2011 dan langsung menggelar F1 India di bulan Desembernya.
Namun proyek besar itu hanya bertahan sampai 2013 saja, setelah itu tidak ada lagi F1 di kota New Delhi.
Karakter sirkuitnya punya trek lurus yang sangat panjang, tetapi terdapat cekungan di beberapa titik karena karakter tanah yang sedikit curam.
Baca Juga: Jorge Lorenzo Ungkap Bagaimana Hubungannya Saat Ini Dengan Valentino Rossi
Bagian itu dinilai tidak begitu aman untuk F1, karena di titik itu bagian depan bisa terangkat.
Bahkan beberapa ajang balap turing Asia merasakan kalau bagian itu berbahaya, pun dengan ARRC saat digelar di sana tahun 2016.
Gerry Salim merasakan kerasnya aspal sirkuit Buddh yang membuatnya cedera paha usai terpelanting di cekungan itu.
Sirkuit Internasional Johor
Ini adalah sirkuit besar pertama di Malaysia yang sengaja dibuat oleh Sultan Johor, Sultan Iskandar pada 1985.
Tujuannya hanya untuk sirkuit yang proper untuk ajang balap mobil dan balap motor yang sedang berkembang di Negeri Jiran saat itu.
Karena statusnya swasta, pemerintah Malaysia pun membangun sirkuit Shah Alam dan kini sirkuit Sepang yang terkenal.
Status sirkuit Johor hanya sebagai pengganti, seperti di 1998 saat menggelar GP500, kala sirkuit Sepang belum dibuka, tetapi sirkuit Shah Alam sedang renovasi.
Baca Juga: Banyak Seri Tunda, Marc Marquez Tak Setuju Balapan MotoGP 2020 Pakai Format WSBK
Pun saat sirkuit Sepang direnovasi pada 2016, membuat ARRC Malaysia digelar di sana.
Sultan Johor pun hendak melakukan renovasi, hanya untuk kejuaraan balap mobil dan balap motor level Kejurnas saja.
Sirkuit besar satu-satunya di Indonesia ini resmi didirikan pada 1994.
Hanya butuh waktu dua tahun bagi mereka berdiri dan bisa membawa MotoGP yang saat itu masih era GP500 berkompetisi di sana pada 1996-1997.
Beragam ajang balap dunia seperti World Superbike (WSBK) dan GP2 pernah dipentas di sirkuit sepanjang 3,9 km itu.
Namun tidak ada peningkatan aspek keamanan yang signifikan dalam 25 tahun terakhir, sehingga membuat banyak event dunia yang tidak bisa digelar di sana.
Sampai 2018, sirkuit Sentul kehilangan status FIA Grade 3, sehingga tidak bisa menggelar balap Asia seperti ARRC dan F4 SEA lagi.
"Setelah beberapa tahun terakhir, nanti (sirkuit) Sentul akan ada evaluasi dari aspal sama run safe," kata Irawan Sucahono, Advisor Sikuit Sentul.
"Semoga saja di akhir 2020 bisa selesai dan bisa gelar balap Asia lagi," pungkasnya.
Editor | : | Eka Budhiansyah |
Sumber | : | berbagai sumber,OtoRace.id |
KOMENTAR