OtoRace.id - Pembalap Ducati Lenovo, Fracesco Bagnaia merasa tertekan karena dituntut jadi juara dunia MotoGP 2022.
Hal tersebut diungkapkan kepala kru Francesco Bagnaia, Cristian Gabarrini.
Difavoritkan sebagai juara dunia MotoGP 2022 ditenggarai menjadi penyebab merosotnya performa Francesco Bagnaia.
Jika melihat hasil dalam beberapa balapan terakhir musim lalu, rider yang akrab disapa Pecco tersebut memang difavoritkan menjadi juara MotoGP 2022.
Namun, keputusan kembali menggunakan mesin 2021 jelang MotoGP 2022 justru tidak menguntungkan karena Bagnaia jadi kesulitan beradaptasi.
Bahkan, saking kesalnya karena terus melakukan pengujian beberapa komponen motor, Bagnaia sampai menegaskan bahwa dirinya bukanlah test rider.
"Saya dapat katakan kami tidak berada dalam kondisi terbaik, yang mana kami sedang berusaha untuk berada di posisi itu," kata Cristian Gabarrini, dikutip OtoRace.id dari Motosan.
"Oleh karena itu, kami melakukan banyak hal dan mungkin kami belum melakukan pekerjaan dengan cukup baik," sambung Gabarrini.
"Kami belum berada pada performa yang diinginkan. Kami harus membayar itu. Kami harus memiliki strategi yang baik," lanjutnya.
Baca Juga: Dapat Sponsor Baru, Pramac Racing Bakal Ganti Livery di MotoGP Italia 2022
Cristian Gabarrini kemudian menuturkan, akan jauh lebih mudah jika Bagnaia mengawali MotoGP 2022 tanpa dijagokan sebagai juara dunia.
"Lebih mudah untuk menemukan posisi yang kuat di paruh kedua musim dan tidak menyatakan diri Anda sebagai favorit juara dari balapan pertama," ujarnya.
“Tahun lalu, tekanannya positif, itu membantunya bangkit. Jika Anda memulai musim dengan semua orang berkata: ‘Tentu saja, Pecco favorit juara. Siapa lagi yang bisa memenangi kejuaraan?’, itu tidak menyebabkan hal yang sama," jelas Gabarrini.
Motor Desmosedici GP22 diketahui memiliki masalah kestabilan, yang mana bergerak terlalu banyak ketika para penunggangnya melakuan pengereman keras.
Padahal, itu menjadi salah satu kekuatan motor Ducati yang membuat pembalap mereka kerap menembus tiga besar pada akhir musim lalu.
"Pertama-tama, pada Aprilia, mereka membuat motor memiliki daya cengkeraman yang lebih baik," ungkapnya.
"Lalu KTM adalah contoh kompromi yang baik antara yang motor lama dan yang baru," ucap Gabarrini.
View this post on Instagram
Editor | : | Eka Budhiansyah |
Sumber | : | Motosan.es |
KOMENTAR