OtoRace.id - Banyak pembalap MotoGP yang pindah ke World Superbike dan meraih kesuksesan di sana, tidak semua jadi juara tapi banyak yang kompetitif.
Sebut saja Max Biaggi, Carlos Checa, Sylvain Guintoli, Neil Hodgson yang pernah juara, atau Alvaro Bautista yang baru-baru saja viral di 2019, dan beberapa nama lainnya.
Tapi, tidak banyak pembalap Superbike yang bisa sukses di MotoGP, tidak banyak yang bisa bertahan lama.
Hanya beberapa saja, misalnya Colin Edwards yang meraih 2 gelar World Superbike lalu bisa bertahan 12 musim di MotoGP, dan yang saat ini masih aktif ada Cal Crutchlow yang kini membela tim LCR.
(Baca Juga: Heboh! Setelah Vakum di 2019, Kejurnas Balap Motor Sport Kembali Digelar Tahun Ini)
Juara World Superbike 2009, Ben Spies, sempat menjalani musim yang cukup bagus di MotoGP, tapi mengakui sulitnya pindah dari Superbike ke MotoGP.
Sebelum memulai debut di MotoGP sebagai pembalap reguler penuh di 2010, Ben Spies pernah menjadi pembalap pengganti di beberapa balapan MotoGP di 2008 dan 2009.
Di 2009, Ben Spies yang debut di World Superbike sebagai pembalap reguler jadi juara dunia dan hengkang ke MotoGP hingga jadi pengganti Valentino Rossi di Yamaha pada 2011.
Spies merasakan perbedaan besar mesin Superbike dan MotoGP yang membuat pembalap sulit beradaptasi.
Bahkan, Spies menyebut pindah dan kompetitif dari Superbike ke MotoGP itu tidak mungkin.
(Baca Juga: F1 Azerbaijan Untung Rp 7 Triliun Gelar F1 Selama 4 Tahun)
"Dalam beberapa kasus, itu tidak mungkin. Belajar menikung sangat sulit dari Superbike ke MotoGP, dimana levelnya lebih tinggi," ungkap Spies dilansir OtoRace.id dari Visordown.
"Tapi jika Jonathan Rea punya cukup waktu beradaptasi dan mempelajari motornya dengan bagus, dia bisa saja seperti Cal Crutchlow. Tapi dia tak akan bisa mengalahkan Marc Marquez," tegasnya.
Spies dengan tegas mengungkap perbedaan MotoGP dan Superbike sangat besar.
"Pembalap yang dari Moto3 dan Moto2 punya keuntungan lebih besar. Tidak diragukan. Karena ini soal bagaimana cara kerja motornya," lanjutnya.
"Pembalap GP mengendarai prototipe dan tidak sliding sebesar Superbike. Ini penting di soal menikung. Ada perbedaan besar di lintasan. Perbedaannya sangat besar sehingga butuh waktu untuk adaptasi," sambungnya.
(Baca Juga: Baru Terungkap Lin Jarvis Jelaskan Alasan Pergantian Dua Crew Chief di Tim Maverick Vinales dan Valentino Rossi)
Menurut Spies, pembalap Superbike bisa sih nge-push motornya sampai limit.
Tapi itu tidak terjadi setiap saat.
"Di MotoGP, limitnya sangat tinggi. Kau bekerja untuk mencari limitnya," tegasnya.
Spies juga mengomentari Alvaro Bautista yang bisa kompetitif ketika dari MotoGP ke World Superbike.
Kebiasaan dengan motor MotoGP membuat Bautista bisa kompetitif di tahun debutnya bersama Panigale V4 R.
"Dibanding lainnya, motor Panigale V4 R di World Superbike mirip dengan motor MotoGP. Itu kenapa Chaz Davies kesulitan. Power Ducati dan sasisnya sangat dekat ke MotoGP dibanding sebelumnya," sambungnya.
"Chaz dan pembalap lain seperti melihat dewa lewat. MotoGP, gaya tidak selalu membawa sukses. Ini masalah kecepatan, kecepatan menikung, dan hal seperti itu. Itu yang pernah membuatku bertarung di MotoGP," sambungnya.
(Baca Juga: Alex Marquez dan Para Rookie Akan Dapat Keistimewaan Saat Tes Pramusim MotoGP Malaysia)