(Baca Juga : Hasil Kualifikasi 2 Moto2 FIM CEV Repsol Estoril: Wow! Gerry Salim Start Dari Baris ke-2)
Gaya menikung yang ditawarkan Saarinen hanya mengeluarkan lutut mendekati aspal.
Maka itu, King Kenny coba menyempurnakan gaya tersebut dengan cara lutut hingga menggesek aspal.
Sehingga, masuk dan keluar tikungan menjadi lebih cepat lagi.
Sayangnya, di tahun yang sama (1973) Jarno Saarinen harus kehilangan nyawa akibat kecelakaan yang dialaminya di sirkuit Monza, Italia ketika tengah membalap di kelas GP250.
(Baca Juga : Hasil Kualifikasi Moto3 FIM CEV Repsol Estoril: Luar Biasa! Mario S.A Akan Mulai Balapan Dari 8 Besar)
Salah satu pembalap bernama Renzo Pasolini menghantam pembatas trek Monza dan menewaskan dirinya, tapi motornya memantul lagi masuk trek dan menghantam Saarinen tepat di bagian kepala sehingga turut menewaskannya.
Kejadian ini, membuat dunia balap berduka dan juga menjadi perhatian lebih mengenai faktor keselamatan.
Meski Saarinen yang juga menjadi satu-satunya pembalap asal Finlandia yang memiliki gelar Juara Dunia GP itu sudah tiada, namun warisan gaya menikungnya tetap ada hingga saat ini.
Sebab, gaya menikung knee down pun mulai tenar setelah King Kenny turun full seri di ajang GP500 tahun 1978 dan langsung meraih gelar Juara Dunia.
(Baca Juga : Hasil Race 1 WSBK Aragon: Lagi-lagi Alvaro Bautista Bikin Keok Jonathan Rea)
Gaya knee down ini pun sekarang menjadi gaya basic para pembalap motor aspal untuk menikung.
Terima kasih Jarno Saarinen.
Editor | : | Eka Budhiansyah |
KOMENTAR