OtoRace.id - Sebagai ajang balap paling bergengsi, banyak sekali uang yang dibutuhkan untuk berkompetisi di MotoGP.
Setiap tim yang berlaga butuh dana yang sangat besar untuk berbagai keperluan dari membayar pembalap dan kru, motor, dan banyak lainnya.
Bagaimana cara setiap tim di MotoGP mendapat uang? Darimana saja datangnya dana?
Sebelum ke situ, harus dipahami dahulu bahwa ada banyak perbedaan budget dan sponsor antara tim pabrikan dan tim customer.
(Baca Juga: Yamaha Endurance Festival Kembali Gelar Bulan September)
Mencari tahu detail keuangan setiap tim di paddock hampir tidak mungkin.
Jelas dong, seperti halnya perusahaan, keuangan adalah adalah rahasia yang harus disimpan rapat oleh setiap anggotanya.
Di MotoGP ada tim besar dan tim kecil.
Tim besar memerlukan dana besar, biasanya adalah tim pabrikan sedangkan tim yang kecil memerlukan dana kecil, tim kecil mengacu pada tim non-pabrikan.
Pengeluaran tim pabrikan biasanya karena untuk menggaji pembalap terkenal.
Sebut saja gaji Valentino Rossi, Marc Marquez, dan Jorge Lorenzo yang saat ini paling besar di antara pembalap lainnya.
Pengeluaran lain juga banyak, misalnya gaji kru, ketika crash harus memperbaiki motor, dan banyak pengeluaran lainnya.
(Baca Juga: IMI Pusat Apresiasi Solidaritas Tim Balap Motor Sumatra Atas Berpulangnya Arif Murizal)
Lalu, ada perbedaan mendasar tentang tujuan utama tim pabrikan dan tim non-pabrikan.
Tim pabrikan adalah salah satu proyek dari masing-masing pabrikan motor yang memang mau menggelontorkan dana besar dan tujuan utamanya bukan untuk mencari untung.
Selain untuk riset, tim pabrikan dibuat sebagai alat marketing dan bersaing dengan pabrikan lainnya.
Adanya sponsor lain (selain pabrikan motor) di tim pabrikan bukan semata-mata untuk masalah ekonomi, bisa saja lebih ke kerjasama yang muaranya untuk masalah marketing.
Tim pabrikan bisa saja tetap jalan walaupun hanya dapat dana dari pabrikannya tanpa sponsor dari luar.
Sumber pemasukan lainnya adalah dari Dorna, sang pemilik MotoGP.
Dorna selayaknya yang punya pertunjukan, harus membayar setiap performer-nya, dalam hal ini tiap tim yang berlaga.
(Baca Juga: Kabar Duka! Kejurnas Motorprix Bangkinang Menelan Korban Jiwa Pembalap Pemula)
Adanya tim non-pabrikan tujuannya untuk meramaikan balapan, membantu tim pabrikan, dan tentu saja menjalankan roda ekonomi.
Sumber keuangan tim non-pabrikan memang dari sponsor.
Jika sponsor kurang, maka uang milik pemilik tim harus dikeluarkan untuk tetap bisa berjalan.
Dengan kurang sponsor, ada risiko bakal cepat bangkrut jika keuangannya minus terus.
Walau tim butuh uang, sponsor tidak selalu memberi bantuan dalam bentuk uang.
Ada sponsor yang langsung memberi uang, ada pula sponsor yang menyuplai material teknis untuk balapan.
Juga ada sponsor utama yang memang menggelontorkan dana banyak, ada pula sponsor yang hanya memberi sedikit.
Tidak sedikit kasus tim yang harus angkat kaki karena kesulitan dana.
(Baca Juga: Alvaro Bautista Sarankan Valentino Rossi Untuk Pindah ke WSBK)
Contohnya musim lalu dimana tim privat, Marc VDS, harus angkat kaki dari MotoGP.
Marc VDS memang dikenal sebagai tim yang tidak terlalu mementingkan sponsor.
Punya sponsor sih, tapi nilainya tidak besar.
Makanya harus tetap berusaha bertahan bertahun-tahun meski dengan banyak gelontoran dana pribadi dari sang pemilik.
Pemilik tim Marc VDS (Marc Van Der Straten) memang senang berada di kompetisi balap dan merasa punya dana cukup untuk membiayai timnya.
Editor | : | Eka Budhiansyah |
Sumber | : | Speedweek.com |
KOMENTAR