Legenda Toyota 7 Mobil Balap Angker Hasil Kerja Sama Dengan Yamaha, Dua Pembalap Hilang Nyawa

Eka Budhiansyah - Kamis, 13 Oktober 2022 | 19:35 WIB

Toyota 7 tahun 1969, mobil balap hasil kerja sama Toyota, Yamaha dan Daihatsu (Eka Budhiansyah - )

OtoRace.id - Enggak ada salahnya mengenal Toyota 7, sosok mobil balap angker hasil kerja sama dengan Yamaha.

Toyota 7 disebut angker, lantaran beberapa kondisi dan juga telah memakan korban dua pembalap Toyota yang mengemudikannya.

Jadi, enggak salah kalau Toyota 7 dijuluki mobil balap angker hasil kerja sama Toyota dan Yamaha.

Seperti diketahui, Yamaha dan Toyota sebelumnya telah bekerja sama untuk membuat mobil 2000GT di tahun 1965-an.

Berkat racikan mesin Yamaha, mobil Toyota 2000GT yang kemunculannya mampu memecahkan rekor kecepatan speed trail dan mencetak 13 rekor internasional lainnya saat itu.

Tentunya, hal ini membuat para pesaing Toyota alias pabrikan mobil lainnya menjadi ketar-ketir.

Terutama Nissan Fairlady Z yang saat itu menjadi salah satu mobil kencang di zamannya.

Jiro Kawano, Head Motospsort Activity Toyota yang juga selaku insinyur utama 2000GT, kembali ditunjuk untuk berkolaborasi dengan Yamaha dalam pembangunan Toyota 7

Tahun 1967, Toyota dan Yamaha kembali mencoba mengembangkan kerja sama mereka untuk membuat mobil balap untuk kategori Group 7.

Maka itu, nama mobil ini pun dibikin menjadi Toyota 7 dengan kategori mobil harus dilengkapi dengan sepatbor, kaca depan, dua kursi, dua pintu, lampu depan, lampu belakang, rollbar, sistem pengereman ganda dan self-starter.

Baca Juga: Francesco Bagnaia Sebut Situasinya Lebih Baik Dari Fabio Quartararo

Tidak tertinggal, semua mobil yang masuk kategori Group 7 ini harus menggunakan bensin komersial alias bensin yang dijual secara massal saat itu, bukan BBM khusus balap.

Akhirnya di tahun 1968, versi pertama Toyota 7 yang dikenal dengan kode 415S pun jadi.

GENERASI 415S

Yamaha merancang sasis Toyota 7 415S ini dengan bahan aluminium tipe monokok.

Untuk mesin mengadopsi konfigurasi V8 dengan kapasitas 3.000 cc 61E (tepatnya 2.986 cc) yang mampu menghasilkan tenaga maksimum 300 hp dengan tipe mid engine.

Tetapi setelah uji coba pertama dilakukan, sasis 415S ini masih perlu diperkuat lantaran tenaga yang dihasilkan.

Maka itu, akhirnya bobot Toyota 7 generasi awal ini bermain di kisaran 800 kg.

Pertama kali membalap di sirkuit Fuji Speedway, Toyota 7 dipacu oleh Shihomi Hosoya, Sachio Fukuzawa, Horoshi Fushida dan Yoshio Otsubo.

Sayangnya dengan bobot yang juga bertambah dari rencana awal bermain di bawah 700 kg, mesin 61E di generasi 415S ini juga kurang bertenaga jika dibandingkan dengan mesin V8 small block Chevrolet, Nissan R381 dan Lola T70s.

Maka itu, dari empat pembalap, yang finish hanya dua driver saja, yaitu Otsubo dan Fushida.

Sedangkan untuk Fukuzawa dan Hosoya mengalami kerusakan pada mobil mereka.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Otorace (@otorace.1d)

Tidak sampai situ saja perjuangan para pembalap Toyota 7 untuk meraih kemenangan.

Masih di tahun yang sama, mereka pun mengikuti All-Japan Suzuka Auto Racing Tournament dan akhirnya berhasil meraih kemenangan melalui peran Shihomi Hosoya.

Posisi kedua diisi oleh Otsuba dan Fushida di posisi empat.

Dalam tahun yang sama juga, 415S pun berhasil meraih banyak kemenangan di ajang berbeda.

Seperti di ajang Fuji Speedway, Suzuka 12 Hour Race, seri kedua All-Japan Suzuka Auto Racing Tournament, dan juga 1000km Suzuka.

GENERASI 474S

Merasa belum cukup dengan performa 415S, pengembangan Toyota 7 berlanjut di tahun 1969 dengan mengeluarkan versi kedua dengan seri 474S.

Generasi kedua alias 474S ini memiliki spek yang jauh lebih tinggi ketimbang 415S.

Paling kentara dari sasis yang dibuat baru dengan menggunakan pipa baja untuk membuatnya lebih rigid.

Tidak hanya itu saja, secara wheelbase juga sedikit lebih pendek, dari sebelumnya bermain di 2.330 mm menjadi 2.300 mm agar makin lincah.

Baca Juga: Pertama Kali Balapan di Phillip Island, Enea Bastianini Tak Sabar Segera Hadapi MotoGP Australia 2022 

Bicara performa mesin, Yamaha dan Toyota sepakat untuk menggunakan mesin yang lebih besar lagi. 

Yamaha membuat mesin V8 dengan kapasitas silinder 4.986 cc yang diberi kode 79E dan memiliki tenaga maksimal 530 hp di 7.600 rpm dan torsi 519,7 Nm di 5.600 rpm.

Toyota 7 generasi 474S juga tergolong lebih berperforma jika dibandingkan dengan 415S.

Pasalnya, secara bobot 474S memilik bobot total 720 kg atau 80 kg lebih ringan dibandingkan 415S.

Wikipedia
Penampakan Toyota 7 dengan mesin V8 5.000 cc (79E)

Oh ya! Pada seri kedua generasi Toyota 7 ini, Daihatsu Motor Corporation ikut terlibat.

Terutama dalam pengembangan sisi aerodinamika dengan meminjamkan terowongan angin alias wind tunnel.

Dengan performa yang lebih baik, Toyota 7 menjadi momok menakutkan bagi para pesaingnya, terutama bagi Nissan yang saat itu menjadi kompetitor terkuatnya.

Banyak seri balap yang akhirnya dimenangkan Toyota 7 474S ini bersama para pembalapnya.

Mulai dari seri balap ketahanan hingga seri sprint race berhasil diraih Toyota 7.

Bahkan di tahun 1969 itu, Toyota 7 akhirnya berhasil memenangkan balap bergengsi, yaitu Japan Grand Prix alias Japan Can-Am.

Baca Juga: Francesco Bagnaia Tegaskan Tidak Butuh Team Order Untuk Pastikan Gelar Juara di MotoGP 2022

Melalui seri Fuji 200 Mile World Challenge Cup, Minoru Kawai dengan nomor start 8 berhasil menjuarai balap tersebut bersama Toyota 7 474S.

Twitter/ Jacques Alain
Minoru Kawai dengan mobil Toyota 7 bernomor start 8 berhasil menang di Fuji 200 Mile Race (1969)

GENERASI 578A

Tak cukup sampai situ, pengembangan generasi selanjutnya dari Toyota 7 kembali berjalan di penghujung tahun yang sama (1969).

Kali ini, generasi Toyota 7 ke-3 ini mengusung tipe 578A yang memiliki perbedaan besar dalam urusan dapur pacu dan sasis. 

Mesin kali ini, Yamaha dan Toyota sepakat untuk memiliki basis yang sama dengan 79E, namun ditambah dengan pasokan dua turbo dari Garret.

Mesin ini memiliki kode 91E, tenaga yang dimuntahkan jauh lebih besar dari mesin sebelumnya, yaitu 800 hp di 8.000 rpm dan torsi sebesar 725 Nm di 7.600 rpm.

Tidak hanya itu saja, dengen tenaga dan torsi yang bertambah besar, bobot keseluruhan mobil juga berkurang drastis.

Toyota 7 generasi ketiga alias 578A ini memiliki bobot kosong keseluruhan 620 kg.

Hal itu didukung oleh penggunaan material mesin yang kuat dan ringan dengan pemakaian titanium dan magnesium alloy.

Serta, 578A juga mengusung sasis baru dari bahan alumunium, bukan lagi pipa baja.

Baca Juga: Kembali di MotoGP Australia 2022, Joan Mir Enggan Melewatkan Lebih Banyak Balapan Lagi 

Pastinya dengan turbo ini, power weight to ratio yang dimiliki 578A juga jadi lebih besar ketimbang generasi pendahulu.

Tetapi sayang, setelah 578A ini jadi, justru tidak jadi untuk dipakai balap di Japan Grand Prix di tahun 1970. 

Pasalnya, pesaing terdekatnya saat itu, Nissan R383 menarik diri dari kancah balap dan ingin fokus dalam pengembangan mobil umum ramah lingkungan.

Dengan begitu, Toyota pun akhirnya turun melakukan hal yang sama.

Meski begitu setidaknya ada tiga Toyota 7 578A yang melakukan tes di 1000 KM Fuji di tahun 1970.

Saat itu, mobil dikendarai oleh pembalap mereka, yaitu Hosoya, Kawai, dan Kukidome.

Speedcars.net
Penampakan Toyota 7 dengan mesin 91E yang dilengkapi dua turbo

MEMAKAN KORBAN JIWA

Tak berkiprah di balap Jepang alias domestik, Toyota memiliki rencana untuk mengikuti ajang balap ketahanan Le Mans 24 Hours dan juga Canadian-American Challenge Cup.

Namun rencana itu akhirnya terhenti lantaran adanya kecelakaan fatal yang menimpa dua pembalap mereka, yaitu Sachio Fukuzawa dan Minoru Kawai.

Sachio Fukuzawa yang kelahiran 18 Juni 1943 meninggal dunia pada 12 Februari 1969 di sirkuit Fukuroi milik Yamaha.

Baca Juga: Gak Pakai Nanti, Francesco Bagnaia Minta Saran ke Casey Stoner Demi Menang di MotoGP Australia 2022 

Ketika itu, Fukuzawa yang menggunakan Toyota 7 dengan mesin 61E kehilangan kendali mobil di ujung trek lurus sehingga mobilnya tergelincir ke luar trek , terbalik dan terbakar.

Namun, ketika itu Fukuzawa meninggal dunia akibat benturan keras di kepala dengan rambu sirkuit berbahan besi.

Setelah kematian Fukuzawa, peran pembalap pabrikan didominasi Minoru Kawai yang juga berhasil membuat kemenangan di Fuji 200 Mile World Challenge Cup tahun 1969.

Sayangnya, ketika proses pengujian Toyota 7 578A alias Toyota 7 Turbo, Minoru Kawai mengalami hilang kendali pada mobilnya.

Menjadi mengerikan, setelah mobil beberapa kali berputar, Minoru Kawai terlempar dari mobil balapnya pada 26 Agustus 1970 di sirkuit Suzuka.

Pembalap yang berhasil memberikan gelar pertama untuk Toyota 7 di balap Japan Grand Prix itu pun menderita luka parah di kepala dan kaku yang membuatnya menghembuskan napas terakhir saat itu juga.

Akhirnya, dengan tragedi kematian Minoru Kawai ini, Toyota pun menarik diri dari rencana mereka untuk terjun di kancah balap internasional dengan Toyota 7.

Pengembangan Toyota 7 juga dihentikan pada September 1970.

Seolah, Toyota 7 adalah mobil yang angker untuk dipakai.

Angker dalam artian, mesin yang menakutkan dengan 5.000 cc twin turbo dengan tenaga melimpah dan bobot hanya 620 kg.

Selain itu, angker seolah menakutkan lantaran sudah menelan dua pembalap berbakat Yamaha yang membesut Toyota 7 ini.

Oh ya! Buat sobat para gamers, penampilan Toyota 7 ini bisa juga disimak di serial Gran Turismo loh.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Otorace (@otorace.1d)