OtoRace.id - Sirkuit Assen yang menjadi perhelatan MotoGP Belanda, bisa menjadi kenangan bagus sekaligus buruk bagi Jorge Lorenzo.
Pasalnya, selain cukup banyak meraih kemenangan di sirkuit sepanjang 4,5 km nan legendaris itu, Jorge Lorenzo juga pernah crash parah di tahun 2013.
Ketika sesi free practice kedua alias FP2 MotoGP Belanda 2013, Jorge Lorenzo mengalami high side.
Dibilang parah, lantaran Jorge Lorenzo terbang akibat high side di trek basah setelah Yamaha YZR-M1 pacuannya berlari dengan kecepatan 150 mph atau setara 241,4 km/jam.
(Baca Juga: Kalender Balap Nasional dan Internasional Pekan Ini, 29-30 Juni 2019)
Dengan kondisi itu, Lorenzo pun terpaksa harus mundur dari gelaran MotoGP Belanda.
Pasalnya, Lorenzo mengalami patah collarbone alias tulang selang di bagian bahu.
Namun, ternyata kondisi itu tak memupuskan asa Lorenzo untuk bertarung meski mengalami kesakitan yang parah.
Sebab, Lorenzo pun akhirnya memutuskan untuk kembali balap di sesi race day yang berlangsung dalam kondisi kering.
(Baca Juga: Targetkan Podium di MotoGP Belanda, Tim Yamaha Jadikan Insiden Catalunya Sebagai Motivasi)
Padahal, hanya kurang dari 48 jam dirinya mengalami crash hingga memutuskan untuk balap.
Menariknya, Lorenzo pun mampu finish di posisi 5 meski dalam kondisi yang tidak fit itu.
"Pada awal mula race, saya bisa mengunakan sisi kiri badan. Tapi setelah 3-4 lap, saya tidak bisa mengunakan apapun," ungkap Jorge Lorenzo.
"Jadi dari pertengahan race hingga akhir, hanya memaksaku untuk mencapai posisi finish terbaik," tambahnya.
(Baca Juga: Andrea Dovizioso Menilai Sirkuit Assen Tidak Cocok Untuk Motor Ducati)
Menurut Lorenzo, pencapaian ini adalah salah satu prestasi terbaiknya selama berkarir di MotoGP.
Nah, gimana tuh, Lorenzo layak dibilang Man of Steel enggak gaess..??
Imagine breaking your collarbone in a 150mph crash in practice, and STILL racing 48 hours later! ????@lorenzo99 produced a superhuman effort to battle through the pain in 2013! ???? pic.twitter.com/587Ng6Woly
— MotoGP™ ???????? (@MotoGP) June 26, 2019
Editor | : | Eka Budhiansyah |
KOMENTAR