OtoRace.id - Aerodinamika menjadi faktor kedua yang menentukan besarnya kecepatan pada motor atau mobil balap di trek setelah mesin.
Aliran angin yang besar saat kendaraan melaju tak cuma menjadi penghambat, tapi dimanfaatkan untuk bisa melaju lebih cepat.
Bahkan saat ini aerodinamika sangat pesat perkembangannya di dunia balap, baik di F1 dan juga MotoGP.
Dalam ilmu fisika, aerodinamika merupakan bagian dari ilmu fluida dinamika.
Fluida dinamika ini membahas gerakan partikel yang bebas bergerak pada umumnya (misal: air, udara, dan plasma), jadi aerodinamika khusus untuk udara saja.
Pengaturan prinsip aerodinamika ini berhubungan dengan hukum Bernoulli.
(Baca Juga: Mantan Bos Tim Repsol Honda Heran Alex Marquez Cuma Dikontrak Setahun)
Ada rumus perinci dalam hukum Bernoulli ini, tapi kita ambil intinya saja, biar tidak terlalu pusing. hehe.
Hukum Bernoulli ini mengatakan, bahwa bertambahnya kecepatan aliran fluida akan menurunkan tekanan udara di aera tersebut.
Jadi jika kecepatan udara tinggi maka tekanan kecil, dan sebaliknya jika kecepatan udara rendah maka tekanan besar.
Tekanan ini akan sebanding dengan gaya yang beroperasi di suatu obyek.
(Baca Juga: Jeda Panjang MotoGP, Bos Ducati Malah Senang Karena Honda dan Marc Marquez Bisa Kompetitif)
Misalnya di gambar tersebut, perangkat aerodinamika akan mengatur besarnya kecepatan udara di bagian atas dan bawah perangkat.
Jika kecepatan udara di atas lebih cepat, tekanan di atas lebih kecil, maka obyek akan terdorong ke atas karena gaya ke atas lebih besar.
Jika kecepatan udara di bawah lebih cepat, tekanan di atas lebih besar, maka obyek akan terdorong ke bawah karena gaya ke bawah lebih besar.
Oke jelas sampai di sini?
Di dunia otomotif, aerodinamika berkaitan kuat dengan gaya tekan ke bawah atau down force.
Dalam kendaraan berkecepatan tinggi, khususnya di dunia balap seperti Formula 1 dan MotoGP, down force ini sangat penting.
(Baca Juga: 'Double Header' Jadi Pilihan Baru Untuk MotoGP 2020, Apaan Tuh?)
Mobil F1 dan motor MotoGP saat ini punya banyak perangkat aerodinamika (winglet, spoiler, fairing, dsb) untuk mengatur aerodinamika ini.
Jadi, tugas perangkat ini adalah mengatur jumlah dan juga arah aliran udara yang menghantam kendaraan saat melaju.
Mengatur aliran udara berarti mengatur besarnya down force sekaligus akibat yang ditimbulkan down force itu sendiri.
Dengan down force yang tinggi, kendaraan bisa melaju lebih stabil karena lebih melekat dengan permukaan aspal atau jalan.
Jadi simpelnya, untuk menambah down force, aliran udara di atas perangkat aerodinamika harus lebih lambat dibanding di bawah.
Begitu juga sebaliknya jika ingin mengurangi down force
Tapi down force yang besar tidak selalu 100% bagus.
Down force yang tinggi tentu berpengaruh membuat kendaraan semakin berat.
(Baca Juga: Maverick Vinales Berharap Jorge Lorenzo Dapat Jatah Wildcard Lebih Banyak)
Jika terlalu berlebihan, berpengaruh ke suspensi dan ke daya tahan ban juga, dan banyak konsekuensi lainnya.
Padahal di ajang balap, keawetan ban juga jadi titik penting.
Makanya di sini fungsi utama perangkat aerodinamika, yakni untuk mengatur agar kendaraan mendapat down force sesempurna mungkin.
Kalau di kendaraan produksi massal yang dipakai di jalan raya, perangkat aerodinamika tidak semaju di dunia balap.
Kebanyakan perangkat tersebut untuk menjaga keselamatan dan keamanan saja, bukan untuk kecepatan, selebihnya ada yang cuma untuk gaya-gayaan saja, kebanyakan.
Contoh kendaraan yang memakai konsep aerodinamika adalah pesawat terbang.
Bisa terbangnya pesawat terbang ini tidak cuma karena mesin saja, tetapi juga peran penting aerodinamika.
Baca Juga: Mantan Pembalap F1 Ini Puji Keberanian Tim McLaren Mundur dari F1 Australia
Agak berkebalikan dengan kendaraan di darat, pesawat bisa terbang karena besarnya gaya tekan ke atas.
Di pesawat terbang, perangkat aerodinamikanya biasanya terpasang di sayap dan sirip belakang.
Perangkat aerodinamika di pesawat terbang bisa diatur gerakannya.
Pengaturan perangkat aerodinamika di pesawat ini untuk mengatur pesawat mau terbang lebih tinggi atau lebih rendah.
Editor | : | Eka Budhiansyah |
Sumber | : | berbagai sumber |
KOMENTAR