Baca Juga: Bos LCR Honda Akui Kalau Cal Crutchlow Juga Diincar Oleh Repsol Honda Team
"Kalau di Pertamina, dulu ada latihan. Pakai Norton Komando 200, Suzuki 500, Yamaha TZ 700. Latihannya di Ancol dari jam 10 pagi sampai jam 4 sore," ulas Ayah dari pembalap wanita Rally Marina.
Setelah masuk ke tim Pertamina dan balapan di Selandia Baru, Inggris, Jerman, Belanda dan Amerika Serikat.
Sidarto SA memang tidak pernah menang, tetapi beberapa kali mencicipi podium dan menjadi satu-satunya pembalap Asia yang bisa mengganggu jajaran 'bule'.
"Juara sih enggak pernah, di Selandia Baru, finis ke lima. Lawannya dari Inggris dan Amerika, pembalapnya jago-jago banget. Kita kalah pengalaman aja dah," sahutnya.
Baca Juga: Jika Pindah ke WSBK, Bos Tim Pramac Racing Yakin Danilo Petrucci Akan Langsung Kompetitif
Untuk menambah jam terbang, ia juga balapan di kelas Kejurnas yang tak hanya digelar di sirkuit Ancol, tetapi juga digelar di bandara yang 'disulap' menjadi sirkuit.
Ia dan juga alm sang kakak, Sarsito SA adalah dua tokoh yang berperan dalam membuktikan pembalap Indonesia bisa sangat kompetitif.
Sampai akhirnya ia mencoba hal baru di kompetisi balap mobil pada tahun 1978.
"Pindah dari balap motor soalnya dulu sepi kan, apalagi di sirkuit Ancol makin banyak yang main mobil. Nah di Tahun 78 tuh kebanyakan motor kecil, 125-an," ulas Sidarto.
Editor | : | Eka Budhiansyah |
Sumber | : | Dok. OTOMOTIF |
KOMENTAR