OtoRace.id - Kabar meninggalnya Sidarto Sosro Atmodjo memang meninggalkan bekas mendalam dari kancah balap nasional.
Beliau adalah salah satu pembalap legendaris dari Indonesia di era 60-70-an yang berkiprah secara Internasional.
Semuanya berawal sejak ia mulai menjalani karier balap motor pada usia 14 tahun, saat itu sirkuit yang ada di Indonesia adalah sirkuit Ancol.
"Dulu Ancol tuh perumahan, cuma dibikin sirkuit di Jalan raya, sekitar tahun 68," kenang Sidarto SA saat ditemui OtoRace.id beberapa dua tahun lalu.
Baca Juga: BREAKING NEWS: Pembalap Legendaris Indonesia Sidarto S.A Tutup Usia
Balapan di sirkuit Ancol adalah hal yang bisa dibilang 'receh' bagi Sidarto SA yang masih remaja.
Ia bahkan dijuluki 'Setan Ancol' pada kancah balap motor yang juga disematkan kepada tiga kakaknya Anwari, Saksono, dan Sarsito.
Mereka terus ikut kompetisi balap motor di sirkuit Ancol sampai akhirnya seleksi Pertamina muncul.
Kala itu Pertamina ingin mencari pembalap yang bisa mereka bawa ke ajang balap luar negeri.
Baca Juga: Marc Marquez dan Pol Espargaro Sudah Menjadi Rekan Setim Sejak 2004
Baca Juga: Bos LCR Honda Akui Kalau Cal Crutchlow Juga Diincar Oleh Repsol Honda Team
"Kalau di Pertamina, dulu ada latihan. Pakai Norton Komando 200, Suzuki 500, Yamaha TZ 700. Latihannya di Ancol dari jam 10 pagi sampai jam 4 sore," ulas Ayah dari pembalap wanita Rally Marina.
Setelah masuk ke tim Pertamina dan balapan di Selandia Baru, Inggris, Jerman, Belanda dan Amerika Serikat.
Sidarto SA memang tidak pernah menang, tetapi beberapa kali mencicipi podium dan menjadi satu-satunya pembalap Asia yang bisa mengganggu jajaran 'bule'.
"Juara sih enggak pernah, di Selandia Baru, finis ke lima. Lawannya dari Inggris dan Amerika, pembalapnya jago-jago banget. Kita kalah pengalaman aja dah," sahutnya.
Baca Juga: Jika Pindah ke WSBK, Bos Tim Pramac Racing Yakin Danilo Petrucci Akan Langsung Kompetitif
Untuk menambah jam terbang, ia juga balapan di kelas Kejurnas yang tak hanya digelar di sirkuit Ancol, tetapi juga digelar di bandara yang 'disulap' menjadi sirkuit.
Ia dan juga alm sang kakak, Sarsito SA adalah dua tokoh yang berperan dalam membuktikan pembalap Indonesia bisa sangat kompetitif.
Sampai akhirnya ia mencoba hal baru di kompetisi balap mobil pada tahun 1978.
"Pindah dari balap motor soalnya dulu sepi kan, apalagi di sirkuit Ancol makin banyak yang main mobil. Nah di Tahun 78 tuh kebanyakan motor kecil, 125-an," ulas Sidarto.
Baca Juga: Adik Valentino Rossi Sebut Akan Menarik Melihat Marc Marquez Pakai Motor Selain Honda
Ajang balap mobilnya yang pertama adalah Kejurnas Sprint Reli dengan Datsun Kotak di Semarang, Jateng dan keluar sebagai juara satu.
Kancah Reli tak menghentikannya, ia juga fokus dalam membina balap turing agar bisa juga ramai di Indonesia, khususnya saat sirkuit Sentul mulai berdiri di tahun 1994.
Mulai dari membangun OMR Suzuki Swift dan Hyundai Atoz. Kedekatannya dengan komunitas balap mobil dan kepintarannya dalam hal teknis yang membuatnya berani untuk membangun bengkel DART Racing.
Bengkel khusus speedshop dan tuning yang sampai kini masih berdiri di Jakarta Timur.
Baca Juga: Wah Galang Hendra Kembali Balapan, Ikut 'Drag Bike' Pakai Sepeda!
Kepintaranayahnya sebagai pembalap motor, pembalap mobil, pereli dan seorang tuner yang membuatnya banyak dihormati banyak orang.
Bahkan masukan-masukannya jugalah yang mengembangkan balap nasional sampai yang kita kenal sekarang.
Editor | : | Eka Budhiansyah |
Sumber | : | Dok. OTOMOTIF |
KOMENTAR