OtoRace.id - Setiap tahunnya, kompetisi balap selalu didatangi para pembalap baru.
Namun hanya sebagian dari mereka yang menarik perhatian. Bisa karena aksi dan prestasinya.
Berikut 5 pembalap muda berbakat di kompetisi balap turing nasional.
(Baca Juga: Ini Alasan MotoGP Tidak Pakai Alat Komunikasi Radio Kayak Formula 1)
Dia adalah generasi ketiga dari ‘Bahar Racing Family’ yang darah pembalap kawakan sudah datang dari Aswin Bahar, sang kakek dan Alvin Bahar, Ayahnya.
Avila memulai ikut kompetisi balap pada tahun 2016 di Honda Jazz/Brio Speed Challenge (HJBSC) dan langsung keluar sebagai runner up di akhir musim.
Musim berikutnya ia sudah menggunakan Honda Jazz karena secara regulasi, tidak memperbolehkannya lagi untuk menggunakan Honda Brio.
Di 2018, Avila kian mantap dengan Honda Jazz sampai akhirnya di 2019, ia memutuskan untuk ikut Kejurnas Indonesia Touring Car Racing (ITCR) MAX, kejuaraan yang sama dengan Ayahnya.
Di seri pertama, Avila yang bernaung di tim ABM Motorsport sempat berduel sengit dengan Ayahnya.
Namun podium ketiga menjadi milik Avila saat Alvin finish di posisi empat. “Jelas senang bisa mengalahkan Papa, soalnya dia kan mentor dan idola juga. Enggak mudah buat ngalahin dia pastinya,” tutur pemuda 17 tahun itu.
Tanda-tanda Avila bisa melebihi Alvin memang sudah terlihat sejak akhir 2018, saat akhirnya ia bisa satu podium dengan Ayahnya.
(Baca Juga: Kejurnas Sport Dibatalkan, Berdampak Pada Riset Motor dan Aftermarket)
Kini hanya masalah waktu bagi Avila untuk bersaing meraih gelar juara nasional atau bahkan melampaui rekor Alvin Bahar dan melanjutkan tren ‘Bahar Racing Family’.
MIRZA PUTRA UTAMA
Kalau ini benar-benar baru di kancah balap turing, Mirza Putra Utama mengawali karier balapnya di kancah gokart.
Lalu mulai terjun di ajang balap turing pada musim 2018 di kompetisi HJBSC dan Kejurnas ITCR 1200 dengan membesut Honda Brio.
Ia merupakan murid dari Haridarma Manoppo makanya tak heran kalau lokasi paddocknya selalu bersebelahan dengan Toyota Team Indonesia (TTI), tim dari Haridarma.
Setiap Mirza selesai melakukan sesi, ia langsung menyampaikan kekurangannya pada pembalap yang biasa disapa Hari itu lalu mengevaluasinya.
Musim 2019 menjadi tahun ketiga bagi Mirza yang kini berusia 15 tahun.
Namun, ia makin serius karena mulai ikut empat kompetisi sekaligus dalam satu akhir pekan.
HJBSC dan Kejurnas ITCR 1200 menjadi target utamanya dengan mengejar gelar juara nasional.
(Baca Juga: Alasan Kenapa Sirkuit Korea Selatan Dihapuskan Dari Kalender ARRC 2019)
“Nah aku juga ikut Japan Super Touring Car (JSTC) sama ITCR MAX juga tahun ini," ujar Mirza
Untuk menambah pengalaman dan jam terbang aja sih. Soalnya kan tahun ini juga pertama kalinya bawa Toyota Yaris 1600 cc dan mobil high modification pertama buat aku,” sambung remaja berkacamata itu.
Dalam beberapa tahun ke depan, ia masih ingin berfokus pada balap turing.
Meski tidak menutup diri kalau Mirza juga ingin menjajal kompetisi lain seperti Drifting dan Gymkhana. Wah mungkin suatu saat yah, Mir.
HUGA LAVERDA LABIB
Nah kalau Huga ini adik kandung dari pembalap serba bisa, Hendra Bonank yang suka nongol di balap mobil dan juga balap motor.
Punya abang yang sudah terbiasa dengan racing line sirkuit Sentul, Huga jadi banyak masukan dari abangnya itu.
Sampai-sampai, remaja 16 tahun itu menjadi juara umum kelas Promotion HJBSC dengan menggunakan Honda Brio di musim 2017.
Alhasil, ia tidak bisa lagi menggunakan Honda Brio di HJBSC 2019. Musim ini ia berbagi Honda Jazz dengan sang kakak.
Namun ia masih berfokus pada HJBSC sebagai rookie di kelas Honda Jazz dan lagi-lagi targetnya untuk tahun ini adalah kembali menjadi juara umum.
(Baca Juga: Menang MotoGP Italia, Posisi Danilo Petrucci di Tim Pabrikan Ducati Aman?)
Sebab racing line dan bobot Honda Brio dan Jazz baginya tidak jauh berbeda.
“Lagian saya enggak menutupi juga sih hadiah di OMR Honda Jazz emang gede dan persaingannya kompetitif," sahut Huga
"Mobilnya standar, modifikasinya enggak begitu rumit, hadiahnya jelas. Yaudah deh balapan di sini aja,” tambah pemuda yang asal Bekasi, Jabar.
AMATO RUDOLPH
Kalau yang ini adalah partner in crime dari Avila Bahar. Amato dan Avila sudah saling mengenal sejak masuk SMP di 2014 silam.
Saat Avila mulai terjun ke ajang balap di 2016, Amato pun mulai ‘teracun’ dan ikut balap di tahun 2017 juga di HJBSC di kelas 1400 cc.
Setelah kelas 1400 cc ditutup, ia mulai ikut pakai Honda Brio milik Avila yang tak digunakan lagi di 2018.
“Pas awal musim, enggak pernah ada hasilnya. Tapi setelah seri ke 4,5, dan 6 (musim 2018) malah sering podium 1 pas sudah pakai mobil sendiri,” tutur Amato.
Padahal, remaja 17 tahun ini tidak ada pengalaman balap mobil sama sekali awalnya.
Bahkan, keluarga yang juga berkecimpung di dunia balap pun tak ada.
Karena kedekatan dengan ‘Bahar Racing Family’ itu yang membuatnya lebih dekat dengan dunia balap.
(Baca Juga: Reaksi Mengejutkan Valentino Rossi Buat Kemenangan Danilo Petrucci di MotoGP Italia)
Mendapatkan masukan dari Alvin dan Avila yang membuat Amato kian sering podium.
Di musim 2019, ia masih akan berkiprah dengan menggunakan Honda Brio d I HJBSC dan Kejurnas ITCR 1200.
Targetnya adalah mejnadi juara nasional untuk kategori Rookie HJBSC.
Di ronde pertama, ia langsung menggondol podium tertinggi di kategori 1200 Kejurnas ITCR.
“Tahun depan juga masih fokus untuk Honda Brio kategori Rising Star. Sambil mendiskusikan ke depannya ke sponsor-sponsor terlebih dahulu,” jelasnya.
Gerhard Lukita punya besutan dari empat pembalap muda lainnya, karena ia berkompetisi balap turing mobil sedan.
Tiga kompetisi sekaligus ia ikuti, Super Touring Car Race (STCR) Div.1, European Touring Car Championship (ETCC) 2000 dan 3000 dengan menggunakan BMW E36.
Bernaung di ABM Motorsport, Gerhard juga generasi ketiga dari ‘Lukita Racing Family’ yang darah balapnya sudah ada sejak sang kakek, Edy Lukita dan Ayahnya, Jimmy Lukita.
Mobil-mobil enam silinder sudah menjadi pandangannya sehari-hari sejak masih kecil.
Makanya tak heran kalau di tahun lalu ia bisa mengawinkan gelar juara umum STCR Div.1 dan juga Juara Nasional ETCC 2000 kategori Master.
“Emang selalu suka BMW sejak kecil sih, makanya pas dibolehin turun balap ya maunya ikut yang langsung mobil-mobil kenceng,” ucap Gerhard.
(Baca Juga: Podium di AP250 ARRC Thailand Jadi Hadiah Lebaran M. Faerozi)
Sejak pertengahan musim lalu dan sepanjang musim ini, Gerhard akan lebih banyak menghabiskan waktunya di Taiwan untuk menjalani kuliah bisnis.
Ia hanya akan kembali ke Indonesia untuk libur Natal dan balapan saja.
“Harus bisa bagi waktu akademis dan prestasi di sirkuit. Keduanya passion saya dan harus dijalankan sebaik mungkin dan kuliah selesai tepat waktu untuk kembangin bisnis di Indonesia sambil terus balapanya,” kata pembalap 19 tahun itu dengan semangat.
Editor | : | Eka Budhiansyah |
KOMENTAR