(Baca Juga: Soal Naik Kelas ke MotoGP, Luca Marini Sebut Semuanya Tergantung Prestasi)
Pada seri perdana MotoGP 2004 di Afrika Selatan, dia langsung menang dan membuatnya menangis di pinggir lintasan.
Kesuksesan kian berlanjut dengan terus meraih juara dunia di tahun pertama bersama Yamaha juga di tahun 2005.
"Pembalap hebat dengan motor buruk, pasti bisa menang. Sedangkan pembalap yang buruk diberikan motor bagus pasti tidak akan menang," kata Jeremy Burgess dalam menilai Valentino Rossi.
Petualangan besar bersama Yamaha sampai berakhir dengan Ducati di musim 2012 terus dilalui Burgess dan Rossi.
(Baca Juga: Valentino Rossi Mengakui Kalau Dirinya Terlalu Tua Untuk Pekerjaannya)
Bahkan, Burgess pun sempat lupa akan rencana pensiun dininya itu.
Musim 2013 Rossi kembali ke Yamaha, kemenangan kembali diraih olehnya setelah dua tahun absen dari podium tertinggi.
Namun keputusan berat dilakukan, Rossi bercerai dengan Burgess di akhir musim setelah memutuskan untuk mengganti kepala mekanik yang baru, Silvano Galbusera.
"Alasannya karena saya ingin mencari cara baru agar bisa kembali juara dunia. Hal itu tidak ditemukan pada sosok Burgess," ucap Rossi di musim 2013 dalam sebuah konfrensi pers.
"Silvano Galbuserra adalah orang yang juga saya kenal lama. Dia punya cara jitu yang lebih masuk di akal di era MotoGP yang sudah berubah jauh ini," lanjutnya.
(Baca Juga: Meski Butuh Waktu Lama, Rifat Sungkar Tetap Lanjutkan Riset Xpander AP4 di Selandia Baru)
Setelah diurusi oleh Galbusera, Rossi terus menjadi runner up di musim 2014, 2015, dan 2016.
Setelah itu Yamaha kian sulit, bahkan ia juga sudah terpikir untuk mengganti Galbusera dengan Ramon Forcada.
Tetapi keputusan itu belum dilakukan sampai musim ini.
Editor | : | Eka Budhiansyah |
KOMENTAR