OtoRace.id - Di balik kesuksesan Valentino Rossi dalam kariernya di MotoGP tak lepas dari peran crew chief atau kepala mekanik.
Dia adalah Jeremy Burgess yang sudah menemani Valentino Rossi sejak debutnya di MotoGP pada musim 2001, saat itu masih GP 500.
Jadi pada awalnya, Jeremy Burgess adalah kepala mekanik dari Mick Doohan.
Sebagai sesama orang Australia, duet Mick Doohan dan Jeremy Burgess terbilang kompak. Keduanya sama-sama ahli di bidangnya.
Setelah Mick Doohan pensiun, Jeremy Burgess pun juga ingin pensiun. Namun hal itu tidak disetujui oleh Honda.
(Baca Juga: BSD City GP 2019 Akan Siapkan Sirkuit Baru yang Lebih Panjang dan Lebar)
Pasalnya, Valentino Rossi meminta kepada Honda agar Jeremy Burgess menyetujuinya.
Alhasil, pria kelahiran 16 April 1953 itu pun menyetujuinya dan ingin menemani Valentino Rossi beberapa tahun ke depan.
Hasil luar biasa, dalam debutnya di GP 500, Rossi langsung menyandang titel rookie of the year dan menempati posisi runner up.
Di tahun 2002 dan 2003 pun menjadi juara dunia setelah hijrah ke Repsol Honda Team.
(Baca Juga: Emmanuelle Amandio Tidak Ikut Serta di Drifting Sentul, Ini Alasannya)
(Baca Juga: ISSOM Night Race Akan Kembali Digelar, Ini Kelas Yang Dilombakan)
Namun di MotoGP 2003, The Doctor mulai 'gerah'. Ia ingin pindah tim karena ide-ide dan keputusannya selalu terbentur oleh opini tim riset dari Honda.
Diam-diam, Rossi pun mulai menjalin kontak dengan Yamaha dan makin kuat untuk pindah tim.
Menjelang akhir musim, pembalap asal Italia itu mengajak Burgess untuk ikut dengannya ke Yamaha.
"Namun dia (Burgess) menolak pada awalnya. Dia sangat loyal pada Honda dan memang hanya ingin menemaniku beberapa tahun saja," ungkap Rossi dalam buku autobiografinya 'What If I Never Tried'.
(Baca Juga: Masih Belum Pulih, Joan Mir Kembali Harus Absen di MotoGP Inggris)
"Saya mengerti karena dia juga ingin pensiun, saya menghormati keputusannya dan tidak memaksa. Meski akhirnya saya harus mencari tim mekanik baru," sambungnya.
Namun selepas seri pamungkas di Valencia, Spanyol, Jeremy Burgess pun berubah pikiran.
Ia memenuhi kemauan Rossi untuk berpetualang di Yamaha, sebuah tim yang dipandang sebelah mata kala itu.
Jalan rumit dilakukan Burgess dan Rossi pada tes pramusim, hasilnya sangat memuaskan.
(Baca Juga: Soal Naik Kelas ke MotoGP, Luca Marini Sebut Semuanya Tergantung Prestasi)
Pada seri perdana MotoGP 2004 di Afrika Selatan, dia langsung menang dan membuatnya menangis di pinggir lintasan.
Kesuksesan kian berlanjut dengan terus meraih juara dunia di tahun pertama bersama Yamaha juga di tahun 2005.
"Pembalap hebat dengan motor buruk, pasti bisa menang. Sedangkan pembalap yang buruk diberikan motor bagus pasti tidak akan menang," kata Jeremy Burgess dalam menilai Valentino Rossi.
Petualangan besar bersama Yamaha sampai berakhir dengan Ducati di musim 2012 terus dilalui Burgess dan Rossi.
(Baca Juga: Valentino Rossi Mengakui Kalau Dirinya Terlalu Tua Untuk Pekerjaannya)
Bahkan, Burgess pun sempat lupa akan rencana pensiun dininya itu.
Musim 2013 Rossi kembali ke Yamaha, kemenangan kembali diraih olehnya setelah dua tahun absen dari podium tertinggi.
Namun keputusan berat dilakukan, Rossi bercerai dengan Burgess di akhir musim setelah memutuskan untuk mengganti kepala mekanik yang baru, Silvano Galbusera.
"Alasannya karena saya ingin mencari cara baru agar bisa kembali juara dunia. Hal itu tidak ditemukan pada sosok Burgess," ucap Rossi di musim 2013 dalam sebuah konfrensi pers.
"Silvano Galbuserra adalah orang yang juga saya kenal lama. Dia punya cara jitu yang lebih masuk di akal di era MotoGP yang sudah berubah jauh ini," lanjutnya.
(Baca Juga: Meski Butuh Waktu Lama, Rifat Sungkar Tetap Lanjutkan Riset Xpander AP4 di Selandia Baru)
Setelah diurusi oleh Galbusera, Rossi terus menjadi runner up di musim 2014, 2015, dan 2016.
Setelah itu Yamaha kian sulit, bahkan ia juga sudah terpikir untuk mengganti Galbusera dengan Ramon Forcada.
Tetapi keputusan itu belum dilakukan sampai musim ini.
Editor | : | Eka Budhiansyah |
KOMENTAR